tes

Minggu, 30 Desember 2018

Menulis Cerita Anak, Ala Pak Fadil


 Menulis Cerita Anak, Ala Pak Fadil

Kendari, EedLathom@
Seminar Minggu (Seminggu) kembali digelar ratusan alumni Seminar Nasional Guru Berprestasi (Semnas Gupres) Tahun 2017 via Whatsapp Grup Semnas Kesharlindung 1. Seminggu ke-7 yang dilaksanakan kemarin (30/12), mulai pukul 19.30 sampai 22.30 WIB ini, mengangkat tema “Menulis Cerita Anak”.


Tampil sebagai narasumber yaitu Fadillah Tri Aulia, S.Pd. Kepala SDIT Al-Furqon Sukajadi, Subang, Jawa Barat. Mendampingi narasumber sebagai moderator yaitu ibu Ida Farida Nuraini, guru SMP Negeri Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Dalam pemaparan materinya, narasumber yang akrab dipanggil Pak Fadil menjelaskan bahwa,
aspek utama yang perlu diperhatikan dalam menulis cerita anak yaitu: 1) Penokohan yang kuat, 2) Alur yang menjerat dan 3) bahasa yang memikat.

Menurut Pak Fadil, tokoh dalam cerita merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Tokoh yang kuat akan memberikan kesan mendalam bagi pembaca, khususnya anak-anak. Sebelum membuat cerita, penulis hendaknya menentukan terlebih dahulu tokoh utama dan tokoh pendampingnya. Tokoh yang dibentuk harus memiliki tujuan yang jelas dalam cerita. Selain itu, harus memiliki motivasi logis agar diketahui alasan sehingga tokoh ingin melakukan hal yang ada dalam cerita. Juga harus diketahui kendala apa saja yang akan dihadapi tokoh dalam mencapai tujuan dalam cerita. Sebagai pelengkap, hendaknya menggambarkan dimensi tokoh secara jelas, terutama untuk cerita bergambar.

Dimensi tokoh yang dimaksud meliputi, dimensi fisik, sosial dan dimensi psikologis. Dimensi fisik seperti, apa penampilan fisik tokohnya? Perempuan atau laki-laki? Tinggi atau pendek? Gemuk atau kurus? dan lain-lain. Dimensi Sosial seperti, bagaimana latar belakang kehidupannya? Kaya atau miskin? Tinggal di mana? Yatim atau tidak? Punya kakak atau adik? dan lain-lain. Dimensi Psikologis yaitu seperti apa karakter atau sifat tokohnya? diharapkan, tokoh bukan sosok yang sempurna.

Dalam menentukan tokoh, sebaiknya disesuaikan dengan target pembaca cerita yang akan kita buat. Hal inilah yang mendorong agar setiap penulis cerita anak harus peka dengan dunia anak-anak. Penulis harus tahu, apa kebiasaan mereka? apa trend pembicaraan mereka? ungkapan atau bahasa apa yang sering mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari?

Perhatian berikutnya, jelas ayah tiga orang anak ini, yaitu menentukan alur cerita sehingga dapat menjerat perhatian pembaca. Jika alur cerita yang dibuat menjerat, maka pembaca akan betah membaca cerita hingga usai. Untuk membuat cerita yang menjerat anak, penulis harus memperhatikan usia target pembaca. Sebagai contoh, untuk anak-anak usia 3-4 tahun tidak akan diberikan alur yang berbelit-belit.

Untuk lebih jelas tentang pembagian usia target pembaca, suami dari Ane Sopina Dina Suryani ini membaginya menjadi lima kelompok usia yakni, buku bayi (0-2 tahun), buku balita (3-5 tahun), buku pembaca pemula (6-8 tahun), buku pembaca menengah (9-10 tahun) dan buku pembaca level atas (11-12 tahun).

Pada buku bayi (0-2 tahun), urai alumni jurusan Pendidikan bahasa Inggris Universitas Indonesia ini, fokusnya pada upaya meningkatkan kemampuan sensori dan motori. Memiliki ragam tekstur dan bentuk agar pembaca bisa merasakan aneka sentuhan, mendengar bunyi-bunyian, bahkan terkadang dilengkapi area untuk digigit. Biasanya berisi satu kata sederhana saja dengan dilengkapi satu gambar yang tidak terlalu detil. Bahan yang digunakan bisa dari kain, plastik (buku mandi), atau boardbooks.

Sedangkan pada buku balita (3-5 tahun), buku yang dibuat hendaknya memiliki ilustrasi yang sangat dominan dibanding teks. Kalimat yang digunakan tidak lebih dari 1 kalimat saja, bahkan biasanya cenderung diulang-ulang. Untuk menambah rasa tertarik, ditambahkan dengan jendela, suara, dan-lain. Konflik yang dibangun juga sangat sederhana, bahkan kadang tidak ada.

Selanjutnya, untuk untuk pembaca pemula (6-8 tahun)masih memiliki ilustrasi yang dominan. Hanya saja teks yang digunakan sudah berupa 1 hingga 3 kalimat sederhana. Konflik-konflik sudah mulai terbangun sehingga alur adalah unsur penting dalam buku ini. Biasanya berupa kejadian kejadian sederhana di lingkungan sekitar.

Berikutnya, buku pembaca menengah (9-10 tahun) biasanya berupa buku berilustrasi atau illustrated book. Teks-teks dan cerita sudah mulai lebih kompleks. Ilustrasi bersifat mendukung keseluruhan tesk. Dan yang terakhir adalah buku pembaca level atas (11-12 tahun), buku yang dibuat idealnya memiliki teks yang lebih kompleks dibanding buku pembaca menengah. Alur cerita yang terbangun biasanya akan merangsang daya berpikir anak dan Ilustrasinya minim.

Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang alur cerita, guru kelahiran 16 November 1986 ini menyertakan gambar Plot Diagram alur cerita secara umum. Namun menurutnya, alur tersebut dapat diringkas menjadi tiga tahap saja yakni, Set Up, Aksi dan Penyelesaian. Adapun proporsi untuk alur tersebut dalam buku adalah masing-masing 25%, 50% dan 25%.  Sebagai contoh, jika cerita kita dalam bentuk buku 100 halaman, maka jumlah halaman buku yang berisi set up/pengantar sebanyak 25 halaman. Halaman yang berisi konflik atau masalah cerita sebanyak 50 halaman. Sedangkan untuk penyelesaian cerita sebanyak 25 halaman.

                                        Gambar Plot Diagram  alur cerita

Pak Fadil yang memiliki hobi menulis dan menggambar  ini juga menyertakan contoh format tulisan dalam bentuk cerita pendek berikut:  

Set up:
Tupi bersemangat sekali berlatih memainkan biola untuk pentas seni khusus hari ayah. Ia akan memainkan lagu khusus untuk ayahnya. Semenjak ibu meninggal saat Tupi masih kecil, ayahnya lah yang selalu menemaninya.

Aksi:
Namun, beberapa hari sebelum pentas seni berlangsung, Ayah mendapat tugas dari kantor untuk membantu korban bencana alam di Anyer. Tupi marah sekali saat Ayah izin kepadanya karena tidak dapat hadir saat pentas seni nanti. Terlebih, ayah sudah janji kepada Tupi akan hadir. Tupi pun mengancam tidak akan tampil.

Penyelesaian:
Saat melihat berita di TV, Tupi menyaksikan liputan tentang bencana di Anyer. Ada anak yang menangis kehilangan Ayah dan Ibunya. Tupi pun sadar bahwa ayahnya sangat dibutuhkan di sana. Tupi bersyukur masih memiliki ayah. Akhirnya, Tupi pun mengizinkan ayah untuk bertugas dan ia akan tampil di pentas seni nanti. Selain itu, ayah sudah berpesan kepada Pak Guru untuk merekam penampilan Tupi agar ayah tetap dapat melihatnya.

Ditambahkan, bagan alur yang dikembangkan hendaknya memiliki set up yang tidak terlalu panjang, memiliki point of attack yang menarik, konflik cerita (tension) menarik bagi pembaca sasaran, fakta budaya disampaikan secara menarik dan terintegrasi dengan cerita, serta komposisi yang seimbang antara narasi dan dialog.  Set Up yang dipertimbangkan yakni Siapa? Di mana? Apa? dan Mengapa?. Sedangkan Aksi yakni, Apa yang terjadi? Mengapa? dan Bagaimana?. Dan tahap Penyelesaian yakni Mengapa? dan Bagaimana?

Setelah penokohan dan alur cerita, bahasan berikutnya yang disampaikan Pak Fadil adalah penggunaan bahasa yang memikat. Menurut pria yang bercita-cita memiliki sekolah sendiri ini, bahasa adalah hal penting dalam penyampaian kisah dan moral cerita. Bahasa yang digunakan. Lagi-lagi  harus sesuai dengan target pembaca. Jumlah kalimat dalam setiap halaman, jenis kalimat yang digunakan dan kata-kata yang cocok digunakan, merupakan beberapa hal penting dipertimbangkan.
Pada saat menulis cerita, penulis harus mampu menggunakan bahasa yang berkesan menunjukkan bukan menceritakan. Penulis yang baik akan cenderung "menunjukan" apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan dari pada "menceritakannya".

Sebagai contoh, Pak Fadhil menuliskan potongan kutipan cerita berikut:

"Ayah Andi cacat. Ia hanya memiliki satu kaki."

dapat dituliskan:

"Lihat, di rak sepatu Ayah Andi hanya ada sepatu sebelah kanan saja. Beliau memang tidak membutuhkan sepatu sebelah kiri. Tongkat yang membantunya berjalan tidak membutuhkan sepatu."

Pada bagian akhir, Pak Fadil yang memiliki motto hidup, “Mengikat makna dengan kata, menginspirasi dengan aksi dan narasi” ini, menginspirasi dan memberikan motivasi peserta dengan cara menunjukkan belasan karya tulisnya seperti tertera pada gambar berikut. 


Sebagai kilas balik pelaksanaan Seminggu, pada Seminggu I tema yang diangkat adalah tentang Kupas Tuntas PAK oleh Bapak Sunarto, M.Pd., Seminggu II tentang Kiat Gupres oleh Bapak Dr. Sudarno, Seminggu III tentang Pembelajaran STEM oleh Tati, M.Pd dan A. Aziz Subeki, M.Pd., Seminggu IV tentang Kiat Guru terpencil Menuju Jakarta oleh Edi Arham, Seminggu V tentang Komik Pembelajaran oleh Ety Setyawati, M.Pd, dan Seminggu VI tentang Kiat jitu menjadi juara Guru Berprestasi (Gupres) Tingkat Nasioanal oleh Airin Nurwidiastuty, S.Si., M.Pd.

4 komentar: