Menulis
Cerita Anak, Ala Pak Fadil
Kendari,
EedLathom@
Seminar Minggu
(Seminggu) kembali digelar ratusan alumni Seminar Nasional Guru Berprestasi
(Semnas Gupres) Tahun 2017 via Whatsapp Grup Semnas Kesharlindung 1. Seminggu ke-7
yang dilaksanakan kemarin (30/12), mulai pukul 19.30 sampai 22.30 WIB ini, mengangkat
tema “Menulis Cerita Anak”.
Tampil sebagai
narasumber yaitu Fadillah Tri Aulia, S.Pd. Kepala SDIT Al-Furqon Sukajadi,
Subang, Jawa Barat. Mendampingi narasumber sebagai moderator yaitu ibu Ida
Farida Nuraini, guru SMP Negeri Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Dalam
pemaparan materinya, narasumber yang akrab dipanggil Pak Fadil menjelaskan
bahwa,
aspek utama yang perlu diperhatikan dalam menulis cerita anak yaitu: 1) Penokohan yang kuat, 2) Alur yang menjerat dan 3) bahasa yang memikat.
aspek utama yang perlu diperhatikan dalam menulis cerita anak yaitu: 1) Penokohan yang kuat, 2) Alur yang menjerat dan 3) bahasa yang memikat.
Menurut Pak Fadil, tokoh dalam cerita merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Tokoh
yang kuat akan memberikan kesan mendalam bagi pembaca, khususnya anak-anak. Sebelum
membuat cerita, penulis hendaknya menentukan terlebih dahulu tokoh utama dan tokoh
pendampingnya. Tokoh yang dibentuk harus memiliki tujuan yang jelas dalam
cerita. Selain itu, harus memiliki motivasi logis agar diketahui alasan sehingga tokoh ingin melakukan hal yang ada dalam cerita. Juga harus diketahui kendala
apa saja yang akan dihadapi tokoh dalam mencapai tujuan dalam cerita. Sebagai
pelengkap, hendaknya menggambarkan dimensi tokoh secara jelas, terutama untuk
cerita bergambar.
Dimensi tokoh
yang dimaksud meliputi, dimensi fisik, sosial dan dimensi psikologis. Dimensi
fisik seperti, apa penampilan fisik tokohnya? Perempuan atau laki-laki? Tinggi
atau pendek? Gemuk atau kurus? dan lain-lain. Dimensi Sosial seperti, bagaimana
latar belakang kehidupannya? Kaya atau miskin? Tinggal di mana? Yatim atau
tidak? Punya kakak atau adik? dan lain-lain. Dimensi Psikologis yaitu seperti
apa karakter atau sifat tokohnya? diharapkan, tokoh bukan sosok yang sempurna.
Dalam
menentukan tokoh, sebaiknya disesuaikan dengan target pembaca cerita
yang akan kita buat. Hal inilah yang mendorong agar setiap penulis cerita anak harus
peka dengan dunia anak-anak. Penulis harus tahu, apa kebiasaan mereka? apa trend
pembicaraan mereka? ungkapan atau bahasa apa yang sering mereka gunakan dalam
percakapan sehari-hari?
Perhatian
berikutnya, jelas ayah tiga orang anak ini, yaitu menentukan alur cerita
sehingga dapat menjerat perhatian pembaca. Jika alur cerita yang dibuat
menjerat, maka pembaca akan betah membaca cerita hingga usai. Untuk membuat
cerita yang menjerat anak, penulis harus memperhatikan usia target pembaca. Sebagai
contoh, untuk anak-anak usia 3-4 tahun tidak akan diberikan alur yang
berbelit-belit.
Untuk lebih
jelas tentang pembagian usia target pembaca, suami dari Ane Sopina Dina Suryani
ini membaginya menjadi lima kelompok usia yakni, buku bayi (0-2 tahun), buku balita
(3-5 tahun), buku pembaca pemula (6-8 tahun), buku pembaca menengah (9-10
tahun) dan buku pembaca level atas (11-12 tahun).
Pada buku bayi
(0-2 tahun), urai alumni jurusan Pendidikan bahasa Inggris Universitas
Indonesia ini, fokusnya pada upaya meningkatkan kemampuan sensori dan motori.
Memiliki ragam tekstur dan bentuk agar pembaca bisa merasakan aneka sentuhan,
mendengar bunyi-bunyian, bahkan terkadang dilengkapi area untuk digigit.
Biasanya berisi satu kata sederhana saja dengan dilengkapi satu gambar yang
tidak terlalu detil. Bahan yang digunakan bisa dari kain, plastik (buku mandi),
atau boardbooks.
Sedangkan pada
buku balita (3-5 tahun), buku yang dibuat hendaknya memiliki ilustrasi yang
sangat dominan dibanding teks. Kalimat yang digunakan tidak lebih dari 1
kalimat saja, bahkan biasanya cenderung diulang-ulang. Untuk menambah rasa
tertarik, ditambahkan dengan jendela, suara, dan-lain. Konflik yang dibangun
juga sangat sederhana, bahkan kadang tidak ada.
Selanjutnya,
untuk untuk pembaca pemula (6-8 tahun)masih memiliki ilustrasi yang dominan.
Hanya saja teks yang digunakan sudah berupa 1 hingga 3 kalimat sederhana.
Konflik-konflik sudah mulai terbangun sehingga alur adalah unsur penting dalam
buku ini. Biasanya berupa kejadian kejadian sederhana di lingkungan sekitar.
Berikutnya, buku
pembaca menengah (9-10 tahun) biasanya berupa buku berilustrasi atau
illustrated book. Teks-teks dan cerita sudah mulai lebih kompleks. Ilustrasi
bersifat mendukung keseluruhan tesk. Dan yang terakhir adalah buku pembaca
level atas (11-12 tahun), buku yang dibuat idealnya memiliki teks yang lebih
kompleks dibanding buku pembaca menengah. Alur cerita yang terbangun biasanya
akan merangsang daya berpikir anak dan Ilustrasinya minim.
Untuk lebih
memudahkan pemahaman tentang alur cerita, guru kelahiran 16 November 1986 ini
menyertakan gambar Plot Diagram alur cerita secara umum. Namun menurutnya, alur
tersebut dapat diringkas menjadi tiga tahap saja yakni, Set Up, Aksi dan
Penyelesaian. Adapun proporsi untuk alur tersebut dalam buku adalah masing-masing
25%, 50% dan 25%. Sebagai contoh, jika
cerita kita dalam bentuk buku 100 halaman, maka jumlah halaman buku yang berisi
set up/pengantar sebanyak 25 halaman. Halaman yang berisi konflik atau masalah
cerita sebanyak 50 halaman. Sedangkan untuk penyelesaian cerita sebanyak 25
halaman.
Gambar Plot Diagram
alur cerita
Pak Fadil yang memiliki hobi menulis dan menggambar ini juga menyertakan contoh format tulisan dalam
bentuk cerita pendek berikut:
Set up:
Tupi bersemangat
sekali berlatih memainkan biola untuk pentas seni khusus hari ayah. Ia akan
memainkan lagu khusus untuk ayahnya. Semenjak ibu meninggal saat Tupi masih
kecil, ayahnya lah yang selalu menemaninya.
Aksi:
Namun, beberapa
hari sebelum pentas seni berlangsung, Ayah mendapat tugas dari kantor untuk
membantu korban bencana alam di Anyer. Tupi marah sekali saat Ayah izin
kepadanya karena tidak dapat hadir saat pentas seni nanti. Terlebih, ayah sudah
janji kepada Tupi akan hadir. Tupi pun mengancam tidak akan tampil.
Penyelesaian:
Saat melihat
berita di TV, Tupi menyaksikan liputan tentang bencana di Anyer. Ada anak yang
menangis kehilangan Ayah dan Ibunya. Tupi pun sadar bahwa ayahnya sangat
dibutuhkan di sana. Tupi bersyukur masih memiliki ayah. Akhirnya, Tupi pun
mengizinkan ayah untuk bertugas dan ia akan tampil di pentas seni nanti. Selain
itu, ayah sudah berpesan kepada Pak Guru untuk merekam penampilan Tupi agar
ayah tetap dapat melihatnya.
Ditambahkan, bagan alur yang dikembangkan hendaknya memiliki
set up yang tidak terlalu panjang, memiliki point of attack yang menarik, konflik
cerita (tension) menarik bagi pembaca sasaran, fakta budaya disampaikan secara
menarik dan terintegrasi dengan cerita, serta komposisi yang seimbang antara
narasi dan dialog. Set Up yang
dipertimbangkan yakni Siapa? Di mana? Apa? dan Mengapa?. Sedangkan Aksi yakni,
Apa yang terjadi? Mengapa? dan Bagaimana?. Dan tahap Penyelesaian yakni Mengapa?
dan Bagaimana?
Setelah penokohan dan alur cerita, bahasan berikutnya
yang disampaikan Pak Fadil adalah penggunaan bahasa yang memikat. Menurut pria
yang bercita-cita memiliki sekolah sendiri ini, bahasa adalah hal penting dalam
penyampaian kisah dan moral cerita. Bahasa yang digunakan. Lagi-lagi harus sesuai dengan target pembaca. Jumlah
kalimat dalam setiap halaman, jenis kalimat yang digunakan dan kata-kata yang
cocok digunakan, merupakan beberapa hal penting dipertimbangkan.
Pada saat menulis cerita, penulis harus mampu menggunakan
bahasa yang berkesan menunjukkan bukan menceritakan. Penulis yang baik akan
cenderung "menunjukan" apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan
dari pada "menceritakannya".
Sebagai contoh, Pak Fadhil menuliskan potongan kutipan
cerita berikut:
"Ayah Andi
cacat. Ia hanya memiliki satu kaki."
dapat dituliskan:
"Lihat, di
rak sepatu Ayah Andi hanya ada sepatu sebelah kanan saja. Beliau memang tidak
membutuhkan sepatu sebelah kiri. Tongkat yang membantunya berjalan tidak
membutuhkan sepatu."
Pada bagian akhir, Pak Fadil yang memiliki motto
hidup, “Mengikat makna dengan kata, menginspirasi dengan aksi dan narasi” ini, menginspirasi
dan memberikan motivasi peserta dengan cara menunjukkan belasan karya tulisnya
seperti tertera pada gambar berikut.
Sebagai kilas balik pelaksanaan Seminggu, pada Seminggu I
tema yang diangkat adalah tentang Kupas Tuntas PAK oleh Bapak Sunarto, M.Pd.,
Seminggu II tentang Kiat Gupres oleh Bapak Dr. Sudarno, Seminggu III tentang
Pembelajaran STEM oleh Tati, M.Pd dan A. Aziz Subeki, M.Pd., Seminggu IV
tentang Kiat Guru terpencil Menuju Jakarta oleh Edi Arham, Seminggu V tentang
Komik Pembelajaran oleh Ety Setyawati, M.Pd, dan Seminggu VI tentang Kiat jitu
menjadi juara Guru Berprestasi (Gupres) Tingkat Nasioanal oleh Airin
Nurwidiastuty, S.Si., M.Pd.
Keren banget tulisannya...
BalasHapusmakasih bu nurul
HapusMantullll pak Eed
BalasHapuskan ibu yang ngajari... heheheh
Hapus